Saat
pertama kali bangun tidur apa yang slalu kau ingat?
Kata
apa yang pertama kali kau ucap?
Hal
apa yang pertama kau lakukan?
Semua
hal itu tak penting bukan?
Seperti
itu juga yang pernah aku rasakan
Ada
perasaan yang sangat mengganjal dihatiku belakangan ini. Beberapa hari ini aku
slalu tak sependapat dengan ibuku. Hal yang sangat remeh temeh pun kadang kami
tak sependapat. Aku sering dan lebih suka tepatnya menyendiri dikamar. Aku
masih butuh ruang untuk sendiri. Aku tak suka dicampuri apalagi diomeli oleh
ibu. Aku bisa melakukannya sendiri. Dari hal terkecil dalam keluargaku ibuku
yang mengurusnya. Dari hari senin ketika berangkat pertama ke sekolah setelah
liburan panjang semesteran aku slalu kebingungan mencari dasiku, topiku, bahkan
bukuku. Walauun dengan omelannya setiap pagi aku tahu dia begitu peduli padaku.
Ya..aku sangat keras kepala saat itu. Sejak kecil aku selalu mendapatkan nilai
yang bagus di sekolah. Orang tuaku tak pernah sekalipun membriku hadiah yang
special walopun nilaiku selalu diatas rata-rata. Ya..ucapan selamat sudah cukup
katanya. Kami belum begitu mampu memberikan hadiah yang bagus untukkmu katanya.
Lagi pula taun depan kau juga akan mendapatkan nilai yang bagus lagi..ucap
mereka.
Setiap
tahun aku sudah terbiasa dengan kebiasaan itu, saat temanku yang lain
mendapatkan hadiah dari orang tuanya, sepatu baru, tas baru, aku tak pernah
mendapatkannya. aku hanya bergantian tas dengan kakaku. Betapa bodohnya aku,
aku yang sangat itu begitu polos dibodohi kakakku yang amat sangat licik. Dia
memberiku tasnya yang masih bagus, sebagai gantinya uang dari ibu yang akan
kugunakan untuk membeli tas baru ia pakai untuk membeli tas barunya. Aku pun
slalu menerimanya. Ya…aku lebih muda darinya..aku menerima itu. Kadang aku
sangat iri melihat orang tua temanku yang begitu membanggakan anaknya.
Aku..jangan Tanya. Aku tak pernah mendengar hal itu dari orang tuaku. Hari itu saat ku duduk di kelas 4 sd.
Semester 1 itu aku mendapat peringkat 4.
Aku juga sangat kanget mendengarnya. Kau tau apa yang orang tuaku katakan.
Mereka bertanya mengapa nilaiku bisa trun, apa kau tak belajar, besok harus
lebih baik. Apa mereka tak tahu bahwa anak mereka slalu berjuang sendirian. Aku
tak pernah ikut les ato bimbingan apapun. Aku belajar sendiri. Dengan kemampuan
sendiri aku meraih tahap demi tahap kehidupanku..ayah ibu aku sangat ingin
dibanggakan olehmu, andai kau tahu itu. Siang itu aku menangis dikamar sendiri,
sebelumnya aku sudah marah-marah dirumah. Siapun yang menggangguku aku akan
memarahinya. Walopun sebenarnya mereka tak salah. Aku sangat temoeramental ssat
itu, kepribadianku juga tak terbilang bagus. Aku lebih suka diam, menyendiri,
nonoton tv. Sebenarnyakau angat jarang belajar, aku belajar seperlunya dan dalam
waktu yang singkat. Aku sungguh tak suka belajar. Mungkin aku dititipi kemamuan
lebih saja dalam hal ingatan sehinnga
aku hanya perlu membuka ulang peajaran yang pernah guruku terangkan dan aku
akan manghapalnya dengan mudah. Aku bukan jenius, Cuma aku pandai menghapal.
Hanya itu. Aku marah pada diriku karena nilaiku begitu turun, marah akan kedua
orang tuaku, marah oada kakakku yang berisik. Aku sungguh tak suka hari itu.
Saat dimana aku berada di dalam zona tidak amanku. Sseseorang yang aku harapkan
selalu mendukungku, mereka hanya menuntutku mendapatkan yang terbaik tanpa mau
tau apap persaanku saat utu, dan apa yang aku inginkan sebenarnya dari mereka.
Aku hanya butuh pujian tak lebih. Hadiah..aku tak butuh itu. Aku sadar posisi
Aku
lulus sd dengan nilai yang bagus, tanpa kesulitan aku masuk SMP favorite tanpa
susah payah, kakakku yang mengantarkanku saat itu. Orang tuaku tak tahu
sekolahan apalagi jalan di kota. Mereka orang desa yang takut bepergian. Aku
paham. Aku dan kakak sudah dibiasakan mandiri. Aku hanya mendapatkan epuluh
besar dikelas. Aku pendiam tak banyak
bicara. Cinta pertamaku ku temukan saat SD. Dan saat SMP aku bertemu seseoranga
yang menyukaiku. Aku tak suka. Dia begitu mengganggu. Aku suka sendiri. Aku tau
aku selalu terbiasa hidup menyendiri aku tak suka seseorang memasuki
kehidupannku. Apalagi oang asing. Aku mulai berusaha membuka diri hingga SMA .
aku mulai suka mengobrol bercerita dan bercanda. Tapi dirumah , aku masih sama
seperti yang dulu. Kamar adalah tempatku yang paling aman. Aku lulus SMA dengan
nilai yang lumayan. Aku semakin malas belajar, sesungguhnya belajar bagiku
adalah mengingat. Aku sudah muak melakukan itu. Aku mulai mendaftar kuliah, aku
gagal sekali dalam tes umum masuk perguruan tinggi negeri. Gagal juga dalam
perguruan tinggi kedinasan. Apa aku sedih? Jawabnnya tidak. Aku tak pernah
melakukannya dengann serius. Belajar ujian masukun aku tidak. Senjata
terakhirku adalah masuk ke sekolah kesehatan negeri, bagaimanapun juga orang
tuaku tidak akan mampu membiayaiku jika aku masuk sekolah swasta. Mau tak mau aku belajar kali
ini. Oh sungguh menyebalkan. Aku lulus kali ini. Aku masuk jurusan keperawatan waktu
itu dengan tes tulis umum
Apa kau tau impianku ingin jadi apa? Waktu itu
aku sungguh tak pernah bermimpi ingnin jadi apa. Aku hanya menjalani hidupku saja. Apa yang ada
didepanku ku jalani. Aku tak pernah pusing-pusing memikirkan hal yang beum
terjadi. Memusingkan kepala saja. Aku memang sedikit arrogant dengan sikapku. Kau
pasti akan tertipu dengan penampilanku dan sikap luarku. Aku mungkin terlihat
bahagis diluar tapi apa kau tau aku selalu murung di dalam hatiku, seperti ada
ruang kosong dan gelap disitu. Tak ada cahaya sedikitpun. Begitu sepi dan
sunyi. Aku begitu suka kedamaian, jangan pernah menggangguku, itu yang ada
dalam hatiku saat itu. Nilai kuliahku selalu bagus. Mendapat beasiswa untuk
menopang hidupku dan semua tugas yang begitu memuakkan. Aku sedikit malas dengan jurusanku ini.
Aku
selalu dipaksa menghapal. Dan aku
terpaksa melakukannya sekali lagi karena aku tau orang tuaku tak mampu mebayar
kuliah di universitas yang lain, aku berusaha mendapatkan beasiswa untuk
membantu mereka. Kakakku.. aku belum menceriataknya padamu. Ia musuh terbesar
dalam hidupku yang ingin aku basmi dengan peptisida seperti hama. Ia tak andai
belajar, ia selalu mati matian belajar setiap kali ada ulangan sampai begadang
semalaman. Jangan tanyakan hasilnya setelah ia tes. Semua orang sudah tau
hasilnya dengan ekspresinya begitu masuk rumah. Menangis, tes nya pasti sulit. Marah, pasti dia tak bia
mencontek. Dia begitu bekerja kers dengan nilainya. Kau mau tau rahasia kakaku.
Ia membuat catata kecil kecil yang ia tulis..panjangnya sampai bercenti senti.
Itu untuk menyontek, apa boleh buat katanya, ia tak akan sanggup menghapal
materiya walaupun sudah semalam suntuk mencoba menghapal. Ia sangat berbeda
dengan ku dalam hapalan..dia sungguh menyedihkan, tspi udsahanya adalah yang
nmor satu dirumahku. Kalau sudah au tes jangan harap ada yang akan
mengganggunya saat itu. Suara tv pun taK boleh terdengar..huft sangat
menyebalkan, padahal saat itu aku sangat ingin mennton acara kartun favorite q.
aku benci dia.
Ayahku
Dia
orang yang sangat pendiam, tak banyak berkomentar, tak punya ekspresi dank au
asti sangat kaget bila ia marah. Semua orang pasti akan takut padanya. Ia
seperti bom Molotov. Booom. Aku pun segan padanya. Aku jrang sekali berbicara
dengannya. Hl yang membuatnya berbicara adalah saat nonton pertandingan bola
atau olahraga. Aku dan dia satu tujuan saat itu. Dan aku dan ayah akan sangat
berisisik kalau sudah berkomentar tentang pertandingan sepak bola. Dan ibu adalah orang pertama yang akan
memarahi kami berdua bila berteriak teriak semaunya. Ia akan pergi tidur
setelah memarahi kami. Hanya waktu itu aku dan ayah mengobrol. Kami sama-sama
pendiam
Bersambung.....